Jumat, 26 Oktober 2018

Backpacking Bali

Di Bali, terdapat tiga pulau kecil yang mirip dengan 3 Gili di Lombok (Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno). Tiga pulau tersebut adalah Nusa Penida, Nusa Lembongan, dan Nusa Ceningan. Ketiganya mirip, yaitu satu pulau utama yang agak besar (Nusa Penida mirip dengan Gili Trawangan), dan dua pulau sisanya berukuran lebih kecil. Secara garis besar, bedanya adalah ketiga Nusa di Bali merupakan tempat wisata yang tenang, cocok untuk keluarga. Sedangkan , tiga Gili di Lombok lebih berisik hingar bingar, cocok untuk remaja penggemar pesta pinggir pantai.

Perjalanan saya ke tiga Nusa ini berawal dari Bali. Mendarat di Bali langsung ambil taksi dari bandara menuju pelabuhan Sanur. Walaupun taksi dari bandara sudah mematok harga tertulis, namun rupanya masih bisa ditawar. Mungkin karena pengunjung agak sepi gara-gara gempa yang baru terjadi di Lombok.

Dari pelabuhan Sanur, langsung menuju Nusa Lembongan. Saya menginap di Nusa Lembongan semalam dan dua malam di Nusa Penida. Tujuan awal saya setiba di Nusa Lembongan adalah menuju Nusa Ceningan. Transportasi yang paling umum di sini adalah dengan menyewa motor. Terdapat jembatan yang menghubungkan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, jembatan tersebut disebut Jembatan Kuning. Jadi dengan motor, tidak perlu sewa kapal lagi dari Nusa Lembongan menuju Nusa Ceningan. Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Blue Lagoon.




Hari kedua diisi dengan kegiatan snorkeling. Tujuan utama trip ke Bali ini adalah untuk mendapatkan foto ikan Manta. Bersama dengan teman saya yang juga merupakan freediver, kita menjumpai banyak Manta di Manta Point. Tips untuk mendapatkan foto Manta adalah berangkat pagi-pagi. Sebelumnya saya sudah pernah ke sini dua tahun lalu, namun tidak mendapatkan Manta karena berangkat terlalu siang. Visibility di Manta Point ini sedikit jelek, memang Manta biasanya ada di tempat yang keruh.






Selain Manta, kita juga snorkeling di Crysal Bay di Nusa Penida. Air di Crystal Bay ini sangat bening, beda jauh dengan di Manta Point. Tidak ada Manta, teman saya yang merupakan anak Freediver yang menjadi model nya. Untuk model underwater, konsep yang menarik adalah menjadi seekor Mermaid. Monofin dilapisi dengan Mermaid Tail, jadilah nampak seperti Mermaid. Perlu diingat berenang menggunakan Mermaid Tail ini tidaklah mudah, perlu latihan Dolphin Kick yang cukup.







Setelah puas dengan foto underwater, kami menuju ke Nusa Penida. Menginap di Nusa Penida dua malam, waktunya untuk foto Landscape. Sayang sunset yang saya jumpai kurang bagus, hanya mendapatkan langit biru saja. Spot foto paling unik di Nusa Penida adalah di Angel Billabong. Ini adalah kolam alami yang terisi air dari air laut yang pasang. Bila ombak sedang tinggi, kolam ini akan terpenuhi air. Cukup berbahaya, beberapa kali turis terserat ombak hingga ke laut, dan meninggal terhempas ombak ke bebatuan yang tajam. Saya bilang berbahaya karena sekilas kolam ini tampak tenang sekali, namun ombak bisa tiba-tiba datang tanpa peringatan. Sekarang tempat ini sudah tidak diijinkan untuk masuk ke air. Jadi rencana untuk memotret mermaid di sini gagal.




Tidak jauh dari Angel Billabong, terdapat Secret Beach. Sebenar nya ini bukanlah pantai, namun teluk yang terisi air dari laut melalui cela di batu yang menyerupai terowongan. Mirip dengan Angel Billabong, namun ukurannya jauh lebih besar. Tidak bisa turun di sini, hanya bisa menikmati pemandangan dari atas.





Hari terakhir kita menginap di Bali. Kita sempatkan menuju Klingking Beach. Di sini terdapat T-Rex Bay, jurang yang bila dilihat dari atas mirip Tyranosaurus-Rex. Di kanan kiri nya terdapat pantai yang indah. Tidak ada jalan menuju pantai sebelah kiri.





Di pantai sebelah kanan, telah disediakan anak tangga sederhana terbuat dari tali dan bambu. Lumayan melelahkan perjuangan untuk turun, kira-kira perlu waktu selama satu jam. Pantai nya memiliki pasir putih yang indah, namun ombak nya besar. Perlu berhati-hati berenang di sini, ombak nya bisa membanting kita ke pasir (untung tidak ada batu). Sangat tidak disarankan untuk yang baru belajar berenang.





Selasa, 08 Mei 2018

Keindahan Bawah Laut Raja Ampat

Raja Ampat adalah salah satu tempat wisata bahari terbaik di dunia. Menurut CNN Travel, Raja Ampat adalah tempat diving terbaik nomor lima di dunia. Untuk menuju Raja Ampat, jalur nya dari Jakarta lumayan jauh. Dari Jakarta, penerbangan harus melewati Makassar, lalu dilanjutkan ke bandara Domine Eduard Osok di  Sorong. Dari Sorong, terdapat dua pilihan, yaitu langsung terbang menggunakan pesawat kecil ke Waisai, atau dengan menggunakan perahu. Jarak dari bandara Sorong ke pelabuhan sekitar 10 menit dengan taksi. Untuk penginapan, biasanya turis menginap di salah satu dari empat pulau : Waigeo, Gam, Kri, dan Arborek. Pemilik penginapan bisa diminta menjemput kita di Waisai.  Dalam trip ini, saya menginap di pulau Gam. Harga penginapan di sini sekitar 700 ribu per malam termasuk makan 3x. Kebanyakan penginapan di sini sudah termasuk dengan makan karena agak susah mencari warung atau restoran di Raja Ampat. Listrik juga agak susah, genset hanya menyala dari sore sampai tengah malam.





Penginapan di pulau Gam dan kebanyakan penginapan lain berupa gubuk yang menjorok ke laut. Dari depan kamar, bisa langsung loncat ke air untuk snorkeling. Bahkan kadang saya melihat ikan hiu dan Lion Fish lewat persis di depan kamar, tidak perlu jauh jauh ke tengah laut. Jangan khawatir dengan hiu, hiu yang lewat adalah hiu kecil yang justru langsung kabur begitu ada seseorang masuk ke air. Saya tidak mendapatkan foto hiu di sini, mereka kabur sangat cepat. Foto Lion Fish saya dapatkan hanya di depan kamar. Sedangkan Mooray sekitar 20 meter dari penginapan.








Kegiatan yang saya lakukan tiap hari adalah freediving. Saya jarang melihat orang diving di sini, hanya di sekitar dermaga Arborek. Mungkin diving dilakukan di lokasi tersendiri. Dermaga di Arborek cukup ramai, tidak seperti di Gam. Banyak yang berenang di pantai, baik turis lokal ataupun asing. Banyak juga anak-anak warga lokal yang berenang dan bermain kano.







Pengalaman baru yang saya dapatkan di Raja Ampat adalah berburu foto Manta. Kenapa saya sebut berburu ? Karena untuk melihat Manta ternyata tidak mudah. Guide kita mengatakan hal tersebut karena ikan Manta tersebut tidak sedang makan, jadi mereka bergerak terus. Di sekitar Manta Point, kita berputar2 dahulu mencari ikan Manta. Setelah menemukan Manta, tidak bisa langsung masuk ke air, namun perahu harus cepat-cepat ke depan Manta tersebut, masuk ke air perlahan-lahan, baru menunggu Manta tersebut lewat. Kalau ikan Manta nya ternyata berubah arah, kita harus cepat cepat naik ke perahu lagi, lalu ke depan ikan Manta lagi, lalu turun lagi. Hal ini dilakukan berkali-kali sampai dapat. Agak melelahkan memang. Namun kita mendapatkan bonus. Saat sedang asik berburu Manta,  tiba2 ada lumba-lumba yang lewat. Langsung kapten kapal mematikan mesin agar lumba-lumba tersebut tak takut mendekat. Bahkan mereka sampai menempel2 ke kapal seperti sedang memeriksa.






Binatang laut unik yang saya temukan adalah Spider Jellyfish dan Hammerhead Fish. Saya tidak pernah melihat dua binatang itu di tempat lain.







Yang paling terkenal di Raja Ampat adalau pulau Wayag. Bila melihat iklan wisata Raja Ampat di televisi atau di papan iklan, itu adalah pulau Wayag. Ada bukit yang cukup tinggi di Wayag yang dari sana bisa melihat gugusan pulau unik sekitar Wayag. Sayang lokasi nya sangat jauh dan biaya nya mahal. Saya memutuskan tidak ke Wayag untuk menghemat waktu dan biaya. Gantinya, kita ke pulau Pianemo. Pianemo disebut juga little Wayag, terdapat bukit juga yang bisa melihat kepulauan sekeliling, walaupun tidak setinggi Wayag.




Selain kaya akan alam bawah laut, di raja Ampat juga terdapat binatang darat yang cukup unik. Ada Kuskus yang mencuri makanan yang kami letakkan di luar kamar. Saya juga melihat kadal, kepiting, dan laba-laba yang ukurannya lebih besar dari yang biasa ada di tempat lain.












Selasa, 15 Agustus 2017

Freediving di Bunaken


Bunaken adalah taman laut pertama di Indonesia, keindahan bawah lautnya terkenal sampai

manca negara. Saya telah membuktikannya sendiri, selama freediving beberapa kali di

Indonesia, yang terbaik menurut saya adalah di Bunaken.






Sayang keindahan Indonesia ini tampaknya lebih banyak dinikmati orang asing daripada

orang Indonesia sendiri. Terutama sejak Cina membuka penerbangan langsung ke Menado.

Sepanjang saya di sana, hanya satu rombongan turis lokal yang saya temui. Sisanya adalah

orang asing. Maklum kegiatan yang menarik di Bunaken adalah diving, bahkan snorkeling 

seperti dianggap kegiatan nomor dua di sini. Mungkin olahraga diving masih terlalu mahal

untuk ukuran kantong orang2 Indonesia.


Karena tujuan utama saya adalah untuk freediving, susah susah gampang di Bunaken. Kapal

dari operator diving hanya mau mengantarkan turis yang diving. Seperti nebeng turis lain

yang diving ceritanya. Saat saya sedikit memaksa, mereka mengatakan mau mengantarkan

tapi tetap dengan tarif diving.  Rugi, saya membawa perlengkapan seperti snorkel dan fin

sendiri,  juga tidak memerlukan BCD atau regulator seperti orang diving.


Tidak kehabisan akal, saya mencari penduduk lokal di warung yang bisa menyewakan kapal

unuk snorkeling. Tak lupa juga mengajak turis lokal lain (satu-satunya rombongan turis

lokal yang satu hotel dengan kami) untuk patungan. Mereka juga tidak diving, tentu saja

mereka lebih senang dengan kapal penduduk lokal ini daripada kapal dari diving operator

yang harganya gila gila an bila tidak dibarengi turis yang diving. Lumayan, kami

mendapatkan harga 500 ribu untuk 5 orang. Tentu saja kapal nya kalah jauh dengan kapal

dari diving operator, tapi inilah yang lebih pas di kantong.






Banyak sekali spot yang menarik untuk snorkeling atau diving di bunaken. Keunggulan

utamanya adalah jenis terumbu karang yang berbentuk wall. Di tempat lain jarang saya

menemukan wall sebagus di Bunaken. Yang terbaik menurut saya adalah spot bernama Cela 

Cela. Disebut Cela Cela karena banyak terdapat lubang atau celah di kumpulan terumbu

karang,  di celah ini saya menemukan Lion Fish. Agak susah mengambil gambar nya,  saya

harus sedikit masuk ke celah tersebut, dan harus berhati-hati juga jangan sampai terkena

Lion Fish tersebut. Lion Fish memiliki racun di duri nya yang indah.






Spot lain yang saya rekomendasikan adalah Lekuan. Di sini banyak terdapat penyu. Mereka

suka bersarang di celah terumbu karang yang berbentuk wall. Guide kita menunjukkan ada

penyu sedang tidur di sarangnya. Mungkin ini pengalaman sekali seumur hidup memotret

penyu di sarang nya yang alami, biasa saya melihat penyu di perarian saja.






Di spot yang dangkal, lebih banyak ikan berwarna-warni. Salah satu yang menarik adalah

Trumpet Fish berwarna kuning. Tidak setiap tempat bisa menjumpai Trumpet Fish. Tidak

seperti Nemo (Clown Fish) yang bisa dijumpai di hampir semua tempat yang banyak Anemon

nya.





Sayang tidak terdapat ikan besar di Bunaken. Tidak ada Manta atau Whale Shark seperti di

Lombok atau Kalimantan. Memang di Bunaken lebih terkenal dengan sususan terumbu karang

nya. Namun yang menarik difoto bukan cuma ikan, banyak juga jenis tanaman yang menarik.






Selain ikan, penyu, dan tanaman,  yang menarik difoto tentu saja turis lain yang sedang

diving. Di Bunaken banyak orang belajar diving atau sekedar Fun Diving. Fun Diving

adalah diving ditarik oelh instruktur, tidak perlu sertifikat, namun di kedalaman

maksimal sekitar 6 meter.  Fun Diving inilah yang paling gampang difoto. Ingat bahwa

semakin dalam maka cahaya matahari makin sedikit dan warna makin cenderung kebiru-

biruan.




Tidak banyak saya melihat turis yang freediving seperti saya. Freediving adalah kegiatan

diving tanpa menggunakan tabung oksigen. Hanya mengandalkan fin, masker, dan kekuatan

tahan nafas. Cara ini lebih praktis untuk saya, tidak perlu pusing memikirkan tetek

bengek seperti safety stop, decompression time, license, dan lain lain. Dan tentunya,

lebih bersahabat di kantong. Di kedalaman sekitar 6 meter saya menemukan kerang.




Apa yang bisa kita nikmati di Bunaken selain pemandangan bawah laut nya ?  Jujur, tidak

banyak. Hampir tidak ada apa-apa di sini. Bila tidak ada rencana basah-basahan, tidak

disarankan untuk ke Bunaken. Beruntung saya mendapatkan foto sunset yang lumayan.




Selasa, 20 September 2016

Menara Petronas


Menara Petronas ini adalah menara tertinggi di dunia pada tahun 1998—2004, yang kemudian gelar tersebut diambil alih oleh Taipei 101 pada tahun 2004.  Menara setinggi 452 meter dan memiliki 88 lantai ini dibangun dalam jangka waktu tujuh tahun. Sedangkan fondasi nya saja sedalam 120 meter.





Terdapat sebuah jembatan udara yang menhubungkan kedua menara di lantai 41 dan 42, yang menjadikannya jembatan dua lantai tertinggi di dunia. Awalnya tiket yang dikeluarkan untuk menuju jembatan ini adalah gratis, namun untuk menjaga kualitas dan standar sistem pemeliharaan jembatan dan anjungan pemandangan yang nampaknya membutuhkan biaya yang semakin tinggi, manajemen Jembatan Menara Kembar Petronas telah memutuskan untuk mengenakan biaya kunjungan dengan harga yang wajar.



Jembatan ini juga berperan sebagai piranti keamanan; jika terjadi kebakaran atau keadaan gawat darurat semacamnya di salah satu menara, maka para penghuni bisa mengosongkannya dengan menaiki jembatan ke menara yang satu lagi.



Di bawah Petronas Tower, terdapat Suria KLCC yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan tersibuk di Malaysia dan terdapat pula Taman KLCC yang menyediakan trek joging, kolam bermain, dan tempat bermain untuk anak-anak serta mempertunjukkan kolam dengan air mancur simfonik.





Tidak hanya menarik di malam hari. Di siang hari menara Petronas ini juga merupakan obyek foto yang menarik.








Senin, 21 September 2015

Backpacking Gili Labak (Madura)


Bila mendengan kata Gili, traveler pasti langsung membayangkan Gili Meno atau Gili Trawangan di Bali. Sebenar nya ada Gili lain yang tidak terletak di Bali, yaitu Gili Labak di dekat Madura. Gili Labak ini tidak kalah dengan gili-gili lain di Bali.


Untuk menuju Gili Labak, dari Jakarta saya terbang menuju Surabaya terlebih dahulu. Di Surabaya, tidak ada bis Trans Surabaya. Beda dengan Jakarta, Jogja, atau Semarang yang transportasi bis nya memiliki jalur tersendiri. Dari Bandara Juanda Surabaya, harus naik bis biasa ke terminal Bungurasih. Beruntung ada bis langsung ke Madura melewati jembatan Suramadu. Sebelum ada Suramadu, harus naik kapal lagi untuk menuju Madura.

Terminal bis di Madura adalah terminal Sumenep. Dari sini, kita bisa sewa mobil menuju pelabuhan Kalianget. Sebaiknya periksa dulu jadwal kapal dari pelabuhan Kalianget. Saya kehabisan kapal hingga harus menginap semalam di Madura, baru besok nya bisa melanjutkan perjalanan ke Gili Labak. Untuk menginap di Madura, kebanyakan menginap di hotel Wijaya yang murah meriah, hanya sekitar 200 ribu semalam.



Spot snorkeling di Gili Labak terletak di dekat pantai, jadi tidak perlu sewa kapal lagi untuk snorkeling. Namun sebaiknya tanya ke penduduk lokal, di mana bagian yang terdapat terumbu karang yang bagus. Air nya tidak terlalu bening pada saat saya melakukan freediving, penduduk lokal mengatakan bahwa kondisi air paling bening biasanya pada bulan Oktober. Terumbu karang yang terletak dekat pantai sudah banyak yang rusak, namun agak jauh dari pantai di kedalaman sekitar 8-10 meter kondisi terumbu karang nya banyak dan sangat cantik.



Kebetulan saat saya ke sana, 17 Agustus, ada kegiatan SOLL (Save Our Littoral Life) yang diadakan oleh TNI AL. Kegiatan tersebut adalah penanaman kembali terumbu karang, bibit terumbu karang sudah disediakan dan kita tinggal mengikat nya ke dasar laut di kerangka yang sudah disediakan. Segera saya mendaftar jadi sukarelawan, kesempatan untuk berpartisipasi untuk keindahan terumbu karang, bukan hanya mengagumi keindahannya seperti yang selama ini saya lakukan.

Kegiatan dimulai dengan upacara di dasar laut. Sayang air laut menjadi keruh karena terlalu banyak orang yang ikut serta dalam upacara. Foto underwater yang saya ambil hampir semua buram.



Setelah upacara, penanaman terumbu karang pun dimulai. Bibit terumbu karang diikat di kerangka yang sudah disediakan di kedalaman sekitar 1.5 meter. Walaupun hanya 1.5 meter, cukup susah secara badan kita bergerak terus terkena arus, terlebih lagi saya tidak menggunakan scuba.  Para TNI menggunakan scuba bisa memasang terumbu karang dengan lebih efisien, tidak perlu bolak balik naik turun seperti saya. Namun saya cukup puas bisa terlibat kegiatan ini.

Di malam hari, keindahan lain dari Gili Labak muncul. Gili Labak adalah pulau kecil tidak sampai 5 hektar, dan listrik berasal dari diesel yang hanya cukup untuk penerangan seadanya. Bahkan jumlah rumah tidak cukup untuk menampung semua tamu sehingga banyak yang tidur di luar. Saya beruntung masih mendapatkan kamar untuk menginap dengan biaya hanya seratus ribu rupiah,  walaupun sebenarnya lebih tepat disebut gudang alat snorkel daripada kamar. Dalam kondisi gelap seperti ini, bintang tampak dengan indah nya. Bahkan gugusan Bima Sakti bisa kita lihat dengan jelas.



Untuk memotret bima sakti, perlu setingan khusus seperti bukaan besar, speed lambat, dan iso tinggi. Foto di bawah saya ambil dengan ISO 2500, F4, dan waktu 24 detik. Foreground diterangi dengan senter agar tidak jadi siluet.



Keindahan lain dari Gili Labak adalah Sunrise nya.  Sunset biasa saja, namun Sunrise di bagian belakang pulau sangat menarik. Tidak terdapat pulau lain di sisi Timur Gili Labak, jadi Sunrise tidak terhalang sama sekali. Juga terdapat kapal nelayan yang bersandar dengan jumlah pas, tidak terlalu banyak. Cocok untuk dijadikan foreground.



Sayang kapal yang menjemput kita kembali ke Madura berangkat pagi. Jadi saya tidak sempat freediving lagi. Masih ingin menikmati lagi keindahan dasar laut Madura, padahal kemarin non stop di air dari jam 9 pagi sampai jam 3 sore.









Kamis, 08 Januari 2015

Sesi Foto Cosplay Dragon Ball


Dragon Ball adalah sebuan Manga dari Akira Toriyama. Sukses dalam komik dan anime 2D, namun secara 3D bisa dibilang gagal. Demikian juga film Live Action nya yang diproduksi oleh Amerika bisa dibilang tidak bagus. Bisa dikatakan Dragon Ball lebih cocok dalam bentuk 2D daripada 3D. Ini adalah tantangan untuk melakukan foto cosplay Dragon Ball, foto biasa-biasa akan senasib dengan film 3d atau live action nya.

Untuk membuat nuansa cosplay masih masuk dalam nuansa 2D Dragon Ball, dicoba beberapa teknik. Yang paling mudah adalah menggunakan siluet. Siluet akan merubah bentuk 3D menjadi 2D. Hasil siluet adalah tanpa detail, menimbulkan kesan misterius. Didukung pulang dengan suasana sunset yang lebih menarik bila dibikin agak gelap. Kunci dalam membuat foto siluet adalah perhatikan bentuk. Bentuk rambut super Saiyan yang unik akan lebih tampak bila difoto dari samping. Perhatikan juga exposure harus cukup cepat agar suasana sunset terjaga.  Di sini saya menggunakan exposure 1/800 di ISO 320.



Bila masih ingin detail (tidak mau siluet) dan tidak ingin bentuk 3D yang biasa2, gunakan HDR. Namun karena ingin menunjukkan konsep action di mana ada pergerakan dari model, tidak dimungkinkan menggunakan HDR biasa. Di mana HDR memerlukan pengambilan foto beberapa kali dengan posisi model yang sama persis, tidak mungkin pose menendang bisa diambil dengan sama persis. Maka digunakan teknik pseudo-HDR, di mana foto yang diambil sekali saja dalam bentuk RAW. Foto yang telah diambil dalam bentuk RAW bisa diatur lagi exposure nya, bisa dibikin sedikit lebih terang atau gelap sehingga 2 stop. Jadi 1 foto RAW dirubah jadi beberapa foto yang memiliki exposure berbeda2, lalu digabungkan lagi jadi 1 foto. Proses tersebut bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan aplikasi Photomatix.



Karakter Dragon Ball,  Goku dan Vegeta memiliki kemampuan untuk terbang. Mereka sering melakukan pertarungan sambil terbang. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik levitasi. Model nya melompat seolah-olah sedang melayang, foto diambil dengan low angle untuk menciptakan kesan model nya jauh dari tanah. Di sini teknik pseudo-HDR masih digunakan.



Bila ingin membuat kesan terbang nya jauh dari tanah, di mana model tidak mungkin melompat setinggi itu, digunakan teknik komposite. Yaitu memindahkan model ke tempat lain secara post-processing. Tetap model difoto saat melompat, namun hasil nya dipindahkan ke foto lain.



Efek lain yang ingin dibuat adalah efek Kamehameha. Yaitu tenaga dalam yang dipancarkan dari tangan untuk menyerang lawan dari jarak jauh. Tenaga dalam ini dibuat dengan menggunakan flash ke arah kamera, lalu tripod nya dihilangkan dengan photoshop. Sedangkan lawan yang terjungkal menggunakan teknik levitasi.



Kamis, 04 Desember 2014

Teknik Light Painting


Setelah pernah melakukan lightpainting dengan cosplayer  , sekarang saya mencoba light painting dengan model biasa, namun dengan beberapa teknik baru. Bila sebelumnya saya hanya berada di belakang kamera, kali ini saya ikut andil sebagai light painter. Beruntung saya mebawa wireless trigger, jadi bisa sekaligus menggambar dengan cahaya sekaligus memotret.

Teknik yang berbeda dengan percobaan sebelumnya adalah dengan melakukan tembakan flash berkali kali terhadap model. Berbeda dengan pemotretan light painting sebelumnya di mana model nya ditembak dengan flash sekali dengan power kuat, sekarang flash dipasang dengan power terkecil dan ditembak berkali2. Keuntungan teknik ini, lebih mudah agar cahaya hanya terkena ke model namun tidak mengenai background. Karena power nya yang kecil, cahaya flsh tidak sampai ke background di belakan model, maka didapatkan background hitam yang solid. Teknik ini tepat digunakan bila pemotretan dilakukan tidak di lapangan yang luas. Kelemahannya, flash yang terkena di model kurang rata. Bila diperhatikan, kulit dari model sedikit belang. Tampak ada garis lurus terang di bagian hidung. Hal ini karena bagian itu terkena cahaya flash lebih banyak dari bagian lain. Untuk foto ini, saya belum terlibat dalam menggambar dengan cahaya, baru memotret saja.





Untuk foto kedua, teknik yang sama masih digunakan. Namun saya juga ikut melakukan proses penggambaran. Cahaya yang merah adalah hasil gambaran saya sebagai light painter. Masih kurang rapi, ini adalah pengalaman pertama saya sebagai light painter. Kali ini cahaya flash di wajah model cukup rata, namun belang di kaki. Tembakan flash juga ditambah sekali dari belakang. Selain untuk efek bintang, juga berfungsi untuk memberikan hair light di model. Hal ini diperlukan agar rambut model yang hitam tidak ngeblok dengan background hitam.






Sekarang dicoba teknik lain lagi. Model tidak harus ditembak dengan flash, namun bisa juga dijadikan siluet. Cukup dengan menggambar cahaya yang banyak di belakang model, dan model tidak perlu ditembak dengan flash. Penggambaran cahaya harus cukup luas agar siluet terbentuk. Di sini saya melakukan kesalahan dalam menggambar, tampak model yang kanan tidak jadi siluet secara utuh. Siku nya terpotong karena area yang saya gambar dengan cahaya kurang luas. Konsep yang ingin dibikin di sini adalah 3 model dengan 2 model jadi siluet, hanya 1 model yang ditembak dengan flash. Setelah proses penggambaran
cahaya selesai, 2 model harus cepat pergi, baru flash ditembakkan berkali-kali ke model yang lain.